Selasa, 28 Desember 2010

Tuberculosis yang Mematikan Itu...


Oleh: Nurul Ernawati

Pak Danu, 50 tahun, mengeluh kepada dokternya, ia mengatakan badannya terasa lemah, panas, nyeri dada, kurang nafsu makan. Sementara itu tubuhnya tampak kurus dengan berat badan 45 kg, sangat tidak proporsional dengan tinggi tubuh dan usianya. Ia juga mengatakan pernah mengalami batuk sejak 5 tahun dan pernah dirawat. Mendapatkan obat yang dimakan selama 6 bulan, namun klien tidak patuh dalam mengkonsumsi obat tersebut. Dalam 2 minggu ini ia merasakan penyakitnya kambuh lagi dan ia meminta dirawat kembali. Ia kadang mengeluarkan keringat, ia juga mengatakan batuknya berdahak dan kental, kadang-kadang mengeluarkan darah, batuk semakin berat saat berubah posisi. Diagnosa dokter ia terinfeksi virus Tb paru.

Tuberkolosis atau yang lebih dikenal dengan istilah Tb paru, masih merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Pada saat ini setiap menit muncul satu penderita Tb baru. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat Tb.

Meskipun secara umum perkembangan dan penyebaran virus ini lebih banyak terjadi di daerah kumuh—pada orang yang kekurangan nutrisi—tapi pada kenyataannya, penyakit ini tidak pandang bulu. Ia akan menyerang masyarakat dengan berbagai tingkat ekonomi. Dan bisa juga Anda dan kita.

Mengapa penyakit yang menyerang sistem pernafasan pada manusia itu masih berkembang dan terasa sukar untuk dihindarkan? Banyak faktor yang dapat menyebabkan perkembangan dan penyebaran virus ini. Penyebabnya adalah dari udara yang terkontaminasi oleh virus Tb, yang terhirup oleh orang lain yang sering disebut dengan cara droplet. Pada saat orang yang mengindap virus tuberculosis terbatuk ataupun sekedar bernafas, maka seketika udara yang dikeluarkan si penderita mengandung virus mematikan tersebut dan dapat mengkontaminasi udara sekitarnya.

Kita tanpa sadar menghirup udara yang telah terkontaminasi virus sehingga virus tersebut masuk ke dalam sistem pernafasan apabila sistem imun kita buruk maka virus akan langsung menyerang paru-paru kita. Sedangkan pada saat sistem imun kita bagus ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama virus tersebut diserang oleh sistem imun sehingga mati, yang kedua virus tersebut tidak beraktifitas (tidur) sehingga sistem imun tidak dapat mendeteksi adanya musuh (virus Tb) dan pada saat sistem imun menurun virus tersebut bangun dan menyerang paru-paru kita, bahkan kita tidak menyadari bahwa telah terinfeksi Tb.

Bagaimana mendeteksi atau mengetahui seseorang tersebut mengidap tuberculosis? Ciri-ciri umum yang dapat dilihat dari orang dengan Tb adalah menunjukan demam tingkat rendah, keletihan, tidak nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri dada, dan batuk menetap. Batuk pada tahap awalnya mungkin tidak berlendir (dahak), tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan lendir yang mengandung darah.

Pada umumnya penderita merasa minder untuk mengakui penyakitnya, hal ini dikarenakan rumor dimasyarakat yang menganggap bahwa penyakit Tb adalah penyakit masyarakat menengah ke bawah selain itu penderita juga enggan berobat karena pengobatan dilakukan dalam jangka waktu yang lama dengan jadwal yang ketat, sebab jika terlambat atau lupa minum obat satu kali saja maka, virus tersebut berkemungkian dapat bangkit kembali.

Selama masa pengobatan belum selesai penderita mungkin saja tidak mengalami batuk atau gejala lainnya padahal sebenarnya virus tersebut hanya berdiam diri atau tertidur, yang dapat bangkit kembali bila pengobatan dihentikan.

Virus yang bangkit kembali akan membentuk sistem kekebalan sendiri terhadap obat-obat yang sebelumnya telah diberikan (resistance), sehingga membutuhkan pengobatan dengan dosis yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama.

Oleh karena itu, tenaga kesehatan sebaiknya memberikan pendidikan kesehatan kepada penderita mengenai penyakit dan pengobatan sehingga penderita memahami penyakit yang dideritanya serta tidak bosan atau lalai dalam mengkonsumsi obat, dikarenakan obat yang diberikanlah sehingga penderita dapat sembuh dari penyakitnya.

Disarankan kepada penderita untuk menutup mulutnya pada saat batuk, dan membuang lendir di tenggorokkan (dahak) di tempat yang steril sehingga menurunkan tingkat penyebaran virus Tb.

Sementara itu disarankan kepada keluaraga atau orang-orang terdekat, untuk menggunakan masker ketika berbicara atau berdekatan dengan si penderita tuberculosis serta memperhatikan kebutuhan nutrisi, khusus untuk mereka yang terbiasa merokok sangat rentan terserang virus ini karena penurunan sistem imun yang disebabkan oleh rokok itu sendiri.